Aku masih mencari. Dalam lemari, dalam laci dan semuanya sudah aku ubek-ubek semua, ruangan ini memang tidak banyak lemari atau rak terpajang, namun mengapa semua tempat telah aku periksa tak kunjung juga ketemu. Aku butuh data itu. Aku mau tahu. Itu saja. Ah sebelum pukul lima sore ini aku harus menemukan semuanya. Tak sanggup aku hidup dari ketidak jelasan, Bukankah manusia butuh kepastian. Walau ya kadang tidak semua mendung akan berakhir hujan. Ah apalah namanya. Yang jelas aku mau tahu semuanya. Walaupun jawabannya buruk atau baik aku tak peduli
Sepasang mata tampaknya memperhatikanku dari tadi, ketika tangan-tanganku sibuk menyibak-nyibak tirai-tirai rak tua peninggalan kakek. Rak yang penuh dengan buku-buku bertuliskan arab melayu. Aku masih tak peduli siapa yang memperhatikan ku. Yang jelas sekarang aku masih terus mencari. Mecari secarik kertas untuk memperjelas jawaban atas pertanyaan yang memang menyulitkan.
"Kamu mencari apa Ndi?. Bisa mbok bantu?" suara ibu tua yang setiap pagi meyiapakan makanan keluargaku menghiasi telingaku
"ngak usah bik, saya cuma mencari secarik kertas kok, bentar lagi juga ketemu kok" Jawabku singkat untuk tidak merepokkannya
"Loh kan kalau mbok bantu, kan bisa cepat ketemu, lagian kalau mama sama papamu dirumah bakalan dimarah lo ngacak-ngacak ke gitu" Dia memperingatkan aku dan mencoba menawarkan bantuan.
"iya mbok, berhubung mereka ngak dirumah itulah saat kesempatan yang pas untuk ngacak-ngacak rumah, maaf bik. Hehe" Jawaban ngeyel ku sambil senyum kepadanya.
"iya sudah nanti beresin ya mbok mau kebelakang dulu" Dia mewantiku dan beranjak pergi
Aku masih mencari-cari, lembaran demi lembaran aku buka dan setiap dokumen penting juga aku baca. "ah kalau bukan karena golongan darah yang berbeda dengan mama dan papa tidak akan seperti sekarang keadaanya. iya saya punya orang tua namun mereka sibuk dengan kerjaan mereka masing-masing, sementara tak jarang mereka berbulan-bulan tak tingga dirumah. Ya sepeti sinetron memang dikala seorang anaknya cuma tinggal dengan pembantu saja. Namun apa boleh buat cerita sinetron tampaknya memang diilhami dari keadaan saya sekarang.
Tidak hanya golongan darahku berbeda dengan mama sama papa, aku jadi punya firasat yang buruk dan cenderung durhaka dan tak pantas untuk diutarakan, jadi saya mencari sendiri siapa tau saya menemukan jawaban. Aku punya firasat dunia sinetron terjadi dalam keluarga ini. Miskin kasih sayang, kurang perhatian, dan cenderung terkucilkan. Ah lupakan itu yang penting dokumen caatatan siapa diriku segera ketemu. Lagian saya juga berhak tau siapa saya sebenarnya. Toh umurku sudah 20 tahun sekarang.
Setalah lama mencari secarik kertas kuning lusuh menarik perhatianku, dan saya mulai membaca pelan
Akta Pencatatan Kelahiran
Pada tanggal 21 januari 1992 di Kota Baru
telah lahir seorang putra dari pasangan Ahmad Riadi dan Riani Suryo
yang di beri nama Andi Riamad
Kota Baru, 22 Januari 1992
Dinas pencatatan sipil kota baru
Drs. Muhsin Saldi.
dadaku sesak, firasatku benar. tak tertahan air mata ini menahannya. Ibuku ternyata Riani Suryo jadi siapa yang selama ini saya panggil mama? yang tetanggaku memanggilnya dengan Sumiati Lubis? tanyaku makin memuncak. Terpaku diantara tumpukan-tumpukan buku dan kertas-kertas bau asin dan apek.
"Ada apa Ndi? heii kenapa ada apa?" Tiba-tiba bibik datang kepadaku
"Bik, bibik kan sudah lama dirumah ini, bibik bisa jelaskan siapa Riani Suryo? kenapa dia di akta ini menjadi mama saya bik? aku menghujaninya dengan pertanyaan. Karena selama ini cuma si bibik yang tempaku bertanaya banyak.
"Lho itu kan ibu kamu, masa kamu ngak tau, kenapa toh? Dia balik nanya heran.
"ha? jadi mama yang selama ini? tanyaku langsung dipotong
"Iya dia ibu tiri kamu, masa kamu ngak tau Ndi? emang nagak dikasih tau sama papa sama mamakamu? Bibik semakin heran
"Iya bik saya tidak pernah dikasih tau, mereka semua benar-benar sibuk sampai seumur ini saya baru tau riwayat ini, sungguh jahat" Aku mencoba menjadi kuat untuk semuanya.
"Lho ini gimana toh? Jadi memang dulu mama kamu menginggal ketika dua bulan setelah ngelahirin kamu, dan ketika kamu umur satu tahun ya papa kamu menikah dengan nyonya Sumiati. dulu memang mereka berdua pernah bilang ke saya biar mereka sendiri yang ngasih tau semua ke kamu, jadi si Mbok diminta tak mengungkit-ungkitnya lagi kemudian hari" Cerita seingkatnya sungguh tak kusangka, oh tuhan aku sungguh tak percaya ini benar-benar dunia sinetron dimana aku menjadi peran utama.
Sembari menyimpan sedih dan perih, karena tau siapa mamaku di umur dua puluh, tak terbanyangkan betapa sbegitunya mereka memperlakukanku.
"wajar saja golongan darah ini tak cocok dengan mama sama papa, mungkin golongan darahku memang cocok dengan almarhuma mama" pikirku.
ternyata firasatku selama ini benar, bahwa mungkin ada yang di tutupi dalam kelaurga ini, hari ini kenyataan hidup menguak kepermukaan di umur dua puluhku, sungguh firasat yang tak begitu asyik untuk dinyatakan.
PS: amponnn kakak sinetron banget ini dah... hahah
0 Komentar untuk "Lembar penguat firasat"
Silakan tinggalkan pesan anda, tidak perlu pesan panjang, cukup komen sederhana saja, oke salam kenal