Sumber poto dari http://remajaislampos.com/wp-content/uploads/2012/10/Lentera-Hati1.jpg |
Lentera Hati
Kamu tau cahaya terang itu kamu
yang selalu aku nantikan dikala kelam datang.
aku adalah sumbu sedang kamu pijarnya
kamu masih tak paham mengapa kamu tiba-tiba padam?
aku, aku yang tak kuat menjadi pijakanmu
karena terangmu ternyata bukan cuma untukku
maaf karena aku tak sudi cahayamu pergi kesudut ruang lain
karena kamu lentera hatiku, tak rela aku jika kamu memancar kelain sumbu
tak rela aku jika memang kamu rela bercahaya demi sumbu yang aku cemburu
namun bila kau memilih berpijar antara ruang sini dan ruang sana, silakan kesana
karena jika kamu lentera hatiku tak ada yang namanya pilihan.
"Mengapa kamu memilih pergi ketika kamu tak punya alasan lain selain disini?" Mata Pijarku bicara nanar
"dan mengapa kamu memilih diam dikala aku bertanya mengapa" Pertanyaanku masih menghujan dari bibir ini
suasana masih hening hanya suaraku yang masih setia mengudara, sementara bibir keluh didepanku mati bak hilang daging.
"setiap tindakan pasti ada alasan, jika kamu bilang tak semua penolakan perlu alasan, aku tanya kenapa?" Bicaraku mulai meminta jawaban.
"Maaf, sekali maaf, itulah jawabanku, maaf" Bibir mati mulai bangkit bicara
"Tak perlu kamu bertanya mengapa, aku menyadari bahwa semuanya salah" Akunya datar
Dia dua tahun lebih muda, cantik, namun sedikit tak berpendirian. kaku dalam berbicara serius, sungkan menyela, suka bercanda.
Namun hari ini menyadari semua sifatnya aku menerima maafnya.
Hujan bicara tentang air, dikala basa menyentuh rambut kusut atas kepala
Petir menyulut tak berarti hujan mesti berhenti, tak pula kilat membela angin
bila hujan tak hendak turun menyentuh tanah, tak semua hal bisa dijelaskan dengan kata
karena yang tak perlu penjelasan karena ia keajaiban
heii padamlah lentera merah yang aku pasang dihadapan jendela tua
bila angin membawa pesan hujan di dinding beton coklat ini
ihklasnya kiranya bila hujan menyentuh tanah dan butirnya bercerita riang
ah lenteraku mesti hidup kembali, mengepul dan mengumpul lagi seperti malam
yang tak ada hujan menyertainya.
Ps: Tema Hari ini tema dari nulis buku rada galau haha saya memang tak pandai menyambung tema, ditambah yang seperti ini mumet sendiri jadinya.
@Benagustian
#NovemberNgeblog
0 Komentar untuk "Cermin: Lentera Hati"
Silakan tinggalkan pesan anda, tidak perlu pesan panjang, cukup komen sederhana saja, oke salam kenal