Sederhana dan bermakna

Cermin : Cerita Pulang

Cerita Pulang

Dingin menyentuh kulit
sedikit sulit memang
membawa kenangan kelam
namun temaram enggan beranjak
ah, malam kamu menyusahkan

bila cerita tentang rintik-rintik
emas aku mundur untuk selangkah
karena aku takut langkah membawa
jalan panjang

takutku, sulitnya aku mebawa keranjang
untuk pulang, pulang pada kenangan terang
yang bila dipandang semakin bosan

kapan kita pulang
pulang pada tenang yang menghangatkan
pulang pada nyaman yang melegahkan.
mari kita pulang
pulang yang tak beranjak
pulang yang membelak urat
pulang pada saat masih dalam satu ikat
mari kita pulang..
Benagustian
Cerita Pulang.

Pukul satu, stasiun kreta, panas, ramai, bau keringat menyengat. Dia masih menyebar protes-protes yang kadang aku bingung memaknainya.
"aku sebenarnya malas untuk pulang, keadaan sudah tak membuatku betah, mas" Ria menggertu sembari memainkan gadget-nya
"mengapa setiap aku pulang tak ada yang memberikan senyum hangat, semua sinis menyambutku, kamu tau mengapa" Dia bertanya kepadaku, dan berharap kepadaku untuk meresponnya.
"emang kenapa coba?" Aku merespon dengan nada datar
"Karena mungkin hubungannya kita tak restu awal mula, dan ayah ibumu cuma terpaksa menerima karena kamu anak tertua mas" Dia mengira-ngira
"Kamu tau aku tak suka jika kamu masih mengungkit masalah yang belum tentu benar adanya, bukankah kamu sudah janji bahwa apapun yang terjadi kamu mau akan belajar ikhlas menerima, dan akan mencoba bersamaku?" Jawanbanku rada kesal, karena selama kurang lebih dua tahun pernikahan ini dia masih menyalahkan keadaan. padahal kalau istriku mau belajar pembawaannya yang membuat semuanya jadi kaku.
Dia masih diam seperti merasa bersalah, karena dia sudah melawan kesepakatan.
"Sekarang begini saja, anggap saja semuanya awal mula. hari ini anggap mereka adalah teman lama kamu, tak ada yang perlu dicanggungkan. kamu tahu? mungkin kamu terlalu kaku untuk memulai." aku memberi saran padanya
"ssst, sudah sudah sudah ada kreta itu, tapi jangan lupa kamu selalu dukung aku" Dia meminntaku
Kreta tepat  berhenti depan hadapan kami, dan semua calon penumpang mulai bergegas, termasuk kami.
0 Komentar untuk "Cermin : Cerita Pulang"

Silakan tinggalkan pesan anda, tidak perlu pesan panjang, cukup komen sederhana saja, oke salam kenal

Back To Top