“ada orang yang kadang pseimis di langkah pertama, ya seperti hari ini, mungkin ada jutaan manusia yang pesimis”
Semua orang pasti
memiliki rasa pesimis dalam hidup, minimal sekali. Mengapa saya katakan seperti
itu? Karena memang sifat manusia yang selalu merasa dirinya tidak mampu padahal
terkadang dirinya mampu. Merasa dirinya tak berarti padahal penghargaan orang
padanya besar. Merasa tak berguna sementara orang menaruh harapan besar di
pundaknya.
Pesimis, sifat yang
tidak memiliki keyakinan tidak memiliki harapan baik, khawatir kalah, dan mudah
putus (tipis) harapan. Istilahnya itu menyerah pada keadaan. Seperti hari ini
mungkin ada jutaan masyarakat Indonesia yang pesimis terhadap penampilan timnas
di laga piala AFF. Setelah sempat tertinggal denga Laos, dan buruknya permainan yang tampilkan. Tapi
tunggu dulu, bukankah ini baru awal? Baru melakah di langkah pertama bukan? Untuk
apa pesimis? Bukankah harapan itu masih ada walau sejarah memang mencatat bahwa
timnas kita memang kadang kalah bak menjadi pecundang. Tapi, bukan karena hanya
masa lalu buruk lalu kita putus harapan bukan? Saya bukan cuma mau membesarkan harapan, atau membesarkan hati untuk ini. Tapi, lebih kepada pembelajaran untuk
sikap pesimis kita terhadap negeri sendiri. Benarlah kiranya seorang pandji
pernah bilang yang dibutuhkan pertama kali untuk maju adalah sikap optimis dan
buang jauh sikap pesimis, karena sikap
pesimis hanyalah air panas yang menyiram
tanaman layu.
Optimis, ya optimis. Karena
sikap yang berpengharapan baik akan selalu memadang masa depan adalah bagus
hingga semangat dalam melakukan apapun. Ah saya juga bukan orang begitu idealis
dengan kata optimis. Saya juga masih sering merasa pesimis, bisa dikatakan selalu
datang saat kita memang merasa tak punya kemampuan, namun saya punya pandangan
bahwa harapan selalu ada untuk orang-orang yang mau berusaha, meskipun usaha
yang tak begitu maksimal.
Yah, catatan kecil sore ini
setidaknya mengajarkan pada kita satu hal bahwa selalu ada harapan, dan
kesempatan. Seperti guru saya pernah bilang “sebenarnya kesempatan selalu
datang berkali-kali, namun seberapa banyak kita dapat menggapai kesempatan itu, itulah pointnya.” Untuk setiap jiwa yang merasa negaranya tak mampu, untuk semua
jiwa yang merasa tanah airnya tak mampu. Sebelum itu semua jangan bandingkan
apa yang telah bagus dengan apa yang masih buruk. Bukankah tak dapat
dibandingkan komputer dengan mesin tik,? Bukankah tak dapat dibandingkan tanah
berlumpur dan tanah bebatu, jika kita mencari perbandingan maka carilah yang
sepadan. Dan teruntuk pada bangsa kita, tak ada satu pun negara yang sebanding
untuk dijadikan perbandingan. Lalu mengapa kita masih pesimis?
Semoga Indonesia
menanggg!! optimis saja dulu
Toh, walaupun nanti
kalah dia masih tim kita, tim negeri ini J
@Benagustian
November Ngeblog
0 Komentar untuk "Catatan Sore ini : Pesimis vs Optimis"
Silakan tinggalkan pesan anda, tidak perlu pesan panjang, cukup komen sederhana saja, oke salam kenal