Sederhana dan bermakna

Mati


“Mati”
@Benagustian


Ketika alam masih bicara tentang embun yang menukik jemari.
Aku telah mati dalam temaram disaat subuh menjelang, sedang kehidupan
Baru dimulai diawal sinar ufuk timur. Dan aku bener-benar sudah mati..
Sepintas siang menyapu kulitku dengan jarinya. Sedang tangan tuhan masih halus aku rasa.

Aku benar-benar mati dan sungguh mati, dalam waktu hujan tak mampu ku hitung
Sementara tetes embun di kaca bening masih terlihat, sementara aku mati.
Mati dalam keadaan salah jalan
Mati dalam kedaan tak berdaya
Mati dalam mimpi yang belum tergapai
Dan lagi aku mati dalam perangkap gelap hidup yang membelenggu.

Aku masih mati, dikala sebarisan semut berlalu di meja kayu berdebu
Aku masih mati dikala baling baling kipas mengirim salam dingin ke bulu kudukku
Aku masih mati dikala detak-detak kaki berdasi mulai pergi.

Inilah cerita kematian yang tak mengerikan tapi menakutkan untuk dilalui
Cerita tentang mati jiwa yang masih bernafas
Kisah tentang masti rasa yang masih empati
Cerita tentang nafas tesengal yang tertatih aku hirup


Dan ini masih cerita tentang kematian, kematian yang tak ditangisi
Dan masih dalam kisah kematian, kematian yang tak ada yang pergi
Dan masih tentang kisah kematian, sementara tak ada yang ditinggalkan.
Sungguh kematian yang tak hanya sekedar mati.

Nafas sayu mendayu tertatih menghela..
Pergilah disaat malaikat maut mengendap mengawasimu
Karena aroma kematian telah terasa. meski, lagi aku  benar- benar mati
Kulit tua pecah memerah menyala
Meluruhlah disaat tangan bercambuk mengundangmu kembali
Karena bulir kematian telah terasa sementara mata masih kuat mengiba

Jalan panjang menatap jejak dikala sopa-sopa tua mulai usang
Gurat kematian telah terbaca, namun mataku masih membelak
Membaca alam yang bukan milikku lagi.
Cangkir tua gelap menyurat kata sudah untukku
Dikala airnya berubah hitam beraroma kematian
Inilah jalan yang mulai hilang kala jejaknya masih aku hitung.


Kepada kematian yang belum benar-benar mematikan
Mataku masih bercerita tentangmu
Tanganku masih menghitung jejakmu
Dan tubuhku masih kokoh memandangmu
Karena aku benar-benar mati......

Dengarkan pembacaan puisi "mati" ini dibawah ini




0 Komentar untuk "Mati"

Silakan tinggalkan pesan anda, tidak perlu pesan panjang, cukup komen sederhana saja, oke salam kenal

Back To Top